Sarah ke Dokter Gigi (First Time)

Sore tadi, 5 Juni 2014, pertama kalinya umi membawa Sarah (4y 2d) ke dokter gigi. Sebenarnya udah “kasep” alias agak terlambat, mengingat kondisi gigi Sarah yang semakin parah (ada dua geraham yang bolong). Tapi gapapa daripada keburu sakit.
Awalnya kemarin pagi, pipi kiri Sarah terlihat agak bengkak dan bila diraba agak keras. Umi lihat-lihat, tidak ada yang salah dengan gusinya. Memang, gigi geraham kirinya yang paling belakang sudah bolong dan hitam sejak lama. Dulu umi ngga ingin tergesa ke dokter gigi. Ya, karena kebayang sulitnya memegangi anak ini saat dilakukan observasi oleh dokter jika sakit. Bayangan umi, pasti susah, rewel dsb. Tapi tadi, ternyata tidak. Sarah cukup kooperatif.

Selain mengajak Sarah, umi juga mencabutkan gigi mba Syifa yang lagi-lagi gigi dewasanya “menyundul” gigi susu. Sudah tumbuh sedikit di belakang, jadi mau ngga mau harus dicabut.
Meski sudah pernah ke sini, mba Syifa tetap saja meringis ketakutan. Dokter sempat ingin menunda pencabutan gigi mba Syifa, namun saya keukeuh minta dicabut, karena khawatir nanti akan tumbuh jelek.
Akhirnya dengan “dislamur-slamur” (kaya anak kecil aja hehe), dan tanpa basa-basi, dokter Hellen yang memang dokter gigi khusus anak itu pun langsung beraksi. HAP! Dapat. Gigi mba Syifa copot dan disambut dengan teriakan histeris lalu tangis terdengar sangat keras.
Mendengar kakaknya menangis keras, Sarah pun ketakutan. Waktu Syifa selesai dan giliran Sarah diperiksa, Sarah pun langsung berontak ketika hendak umi dudukkan di kursi periksa. Sarah meronta dan menolak sambil berteriak lalu malah menggelantung di pelukan umi, ngga mau turun. Masih terdengar pula tangisan mba Syifa yang belum reda, dan tampak menggigit kapas yang terlihat memerah karena darah banyak yang keluar. Umi jadi gemes sendiri…

Lama pembujukan berlangsung, sampai umi harus menakuti Sarah dengan “meong” 😀
Dokter pun sempat “menenangkan” saya hehe. Maklum, hati umi kemrungsung. Mana sudah jam 6 sore… adzan maghrib pun sudah terdengar. Kemrungsung ngga dapat sholat maghrib nanti 😀
Akhirnya dengan bujukan “meong”, Sarah pun diam dan kepalanya merebah di lengan tangan umi. Dokter tidak segera mengeksekusi geraham Sarah. Dokter mengambil alat untuk membersihkan gigi Sarah. Alatnya seperti penyungkil kecil. Dijimpitnya kapas kecil dengan alat itu, kemudian didekatkan ke gigi seri Sarah. “Ngga sakit kan?” Begitu beberapa kali. Hingga Sarah pun percaya bahwa tindakan nanti tidak akan sakit. Dokter juga menghibur dengan gigitan karet dan membunyikannya dengan suara mulutnya yang lucu agar Sarah tenang. Cukup manjur.

Sampai eksekusi tiba, Sarah tetap kooperatif. Beberapa kali dokter memuji Sarah. Sarah pun menyahut, “Yeee…” sambil menggerakkan tangannya. Seperti bilang, horee… 😀
Beberapa menit kemudian, proses penambalan gigi geraham Sarah selesai. Saya pun lega. Sebetulnya masih satu lagi gigi geraham yang perlu ditambal, namun tampaknya Sarah sudah tidak bisa “dislamur” lagi. Ia meronta waktu umi suruh rebahan lagi. Oya, sejak awal Sarah umi pangku di kursi periksa.
Nah, sekarang gigi Sarah sudah ditambal sementara. Semoga besok bengkaknya segera sembuh ya nak. Tadi dokter meresepkan beberapa obat; paracetamol, antibiotik, dan pereda bengkak. Namun selama Sarah tidak mengeluh dan masih mau makan, umi akan tunda penebusan obat.

Penampakan gigi geraham Sarah selesai ditambal

Penampakan gigi geraham Sarah selesai ditambal

Empat Tahun yang Amazing

Dari bayi yang sangat-sangat lemah ototnya, bahkan menangis pun tak sanggup
Kini, dia sudah kuat beratraksi seperti ini
Hampir empat tahun usianyaEmpat tahun yang amazing

Di awal-awal hidupnya, diuji dengan rasa sedih yang luar biasa
Di awal-awal pertumbuhannya, kekhawatiran terus saja membayang; tentang kapankah ia akan berguling, merangkak, bahkan berjalan

Di awal ia mulai berjalan, secercah senyum itu muncul; ya, akhirnya ia mampu tegak di atas kakinya.

Di awal ia memahami instruksi, semangat untuk mengajari pun berkobar

Empat Tahun yang Amazing

Empat Tahun yang Amazing

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Di saat ia bisa mulai membantah dengan bilang “emoh”, rasa sebal,namun bangga muncul; anakku sudah pandai mencerna kalimat

Di saat-saat apa pun, bismillaah, semoga kami selalu mampu bersabar, dan bersyukur dianugerahi Allah seorang anak Down Syndrome

Umi Numpang Curhat :)

Melihat anak-anak lain seusianya (bahkan di bawahnya) sudah bisa berjalan, berbicara sepatah dua patah kata, kadang hati ini merasa sedih. Kutengok dirinya yang masih tertatih belajar berdiri, merangkak dengan posisi yang kadang belum benar, juga mulutnya yang masih saja bubbling, belum membentuk suatu kata.

Anakku, kau memang spesial.

Umi seharusnya selalu menghargai setiap perjuanganmu, Nak.

Kau hebat.

Perjuanganmu lebih berat dari anak-anak lainnya.

Allahu Rabbi, kuatkan selalu hati kami, para orang tua anak-anak yang terlahir “berbeda” dari yang lain.

Engkau Yang Maha Tahu. Engkau pasti mempunyai suatu rencana indah di balik setiap episode hidup yang Kau rancang untuk kami.

Dekatkan kami selalu dengan rasa sabar dan syukur. Karena hanya dengan dua hal itu, kami bisa memandang dunia dengan indah, dengan hati yang selalu legowo, insya Allah.