Sarah Sekolah SI

SI (Sensori Integrasi) adalah suatu proses neurologist yang terjadi dalam susunan saraf pusat dalam mengatur informasi yang diterima oleh manusia dari tubuh serta dari dunia disekitarnya untuk diproses dan digunakan dalam kehidupan sehari-hari.

Pada anak-anak yang mempunyai disfungsi SI, proses integrasi sensori tidak berjalan sebagaimana mestinya sehingga menimbulkan masalah-masalah seperti: kemampuan akademik, kemampuan motorik kompleks, self control, dll. (lebih lengkapnya ada di sini)

Nah, untuk itulah, anak-anak berkebutuhan khusus termasuk anak down syndrome (DS) memerlukan terapi ini untuk mengolah skill-nya agar lebih bagus.

Sarah, sudah berjalan. Next step adalah terapi SI ini. Alhamdulillaah di RSCC tempat Sarah fisioterapi, juga melayani terapi SI.

Sekarang, setiap hari Kamis jam 10 pagi akan menjadi hari yang paling menyenangkan buat Sarah. Kenapa?
Karena waktu tersebut adalah waktu Sarah untuk bermain di sekolahnya yang baru: Sekolah SI 🙂

Kamis kemarin, Sarah sudah mulai masuk sekolah SI (Sensori Integrasi). Saya lebih suka menyebutnya sebagai sekolah daripada terapi hehe. Kalau ‘terapi’, kesan yang keluar adalah anak seakan dipaksa, lalu menangis menjerit-jerit 😀 Kalau ‘sekolah’, rasa yang muncul adalah menyenangkan 🙂

And Sarah was enjoying her school 🙂

Cerita dikit lah, pengalaman kemarin.
Masuk sekolah pertama kali, Sarah sudah langsung ditinggal. Hmm ini yang bikin umi bete, ngga ngapa-ngapain selama 1 jam. Huh, harusnya kemarin bawa lepi ya 😀

15 menit pertama, lancar-lancar saja.
So far tidak ada suara penolakan atau apa pun dari dalam ruangan.
30 menit berlalu, oeek…. (maksudnya Sarah nangis)
Kenapa eh kenapa?
Sabar… Saya belum boleh masuk ke dalam.
5 menit kemudian, tangis berhenti. Syukur deh. Umi ef-be-an lagi 😀

Menit ke 38… Oeeek…. Tangisan kencang keluar.
Tenang, saya percaya Sarah ngga diapa-apain 😀
Paling cuma bete aja, marah karena ngga bisa ngungkapin keinginan. Karena itu yang biasa terjadi di rumah 🙂

Manit ke-45
Yes, umi boleh masuk sekarang.
Peraturan untuk sekolah SI, hanya membolehkan orang tua/penunggu masuk di 15 menit terakhir.

Bincang-bincang dengan terapisnya, namanya Bu Iik (tadi udah kenalan di awal).

Beliau bercerita, tadi Sarah ngapain aja.
Sarah udah naik ayunan, main masuk-masukin donat (kaya mainan Sarah di rumah)
Lalu nulis-nulis.
Bu Iik surprise karena begitu dikasih spidol, Sarah langsung pegang dan coret-coret di situ.

Secara umum, kata beliau, Sarah udah bagus, HANYA butuh tritmen beruang-ulang untuk bisa menyambungkan saraf-sarafnya, jadi koneksi antara kemampuan motorik dan otak bisa OK.

Kalau saya boleh bilang, ringkasnya, anak ds itu lamban dalam menerima instruksi. Jadi, perlu dilatih koordinasi antara motorik, yaitu mata dan tangan, dengan otaknya.
Untuk Sarah masih perlu sekali belajar lebih banyak lagi koordinasi ini.

Well, so far so good lah.
Dan… tadi kenapa nangis? Ternyata… cuma karena dilap ingusnya… Owalah…

Sarah emang gitu, kalau lagi pilek, suka ngga mau dilap ingusnya. Kalau dilap secara paksa, akibatnya ya itu tadi, nangis.
Hmm… Sarah… Sarah…

Tapi seneng kok Sarah di sekolahnya.
Bisa naik ayunan, main perosotan (sayang ngga keambil gambarnya), main boneka, panjat tebing, dll, dst.
Huah… umi aja betah di situ lama-lama 😀

Jadi ngga sabar nunggu Kamis berikutnya 🙂

Sarah, yang rajin sekolah SI ya, biar besok bisa jadi M.Si 😉

In fact, because these treatment activities are so fun, creative, and unique, it often doesn’t even look like “therapy”.

Children just think they are having fun when they are actually working strenuously at building essential skills with their bodies and better neurological systems.

(sensory-processing-disorder.com)